Jumat, 17 Januari 2014

Mantel plastik, rezeki!

Sore itu, cuaca sangat mendung. Gelap banget. Kata orang, mendung tak berarti hujan. Tapi mendung sore itu benar-benar menandakan akan turun hujan lebat. Angin pun bertiup sangat kencang seolah meyakinkan hal itu. Memang dari awal 2014 hingga hari ke 13 ini, hujan hampir setiap hari mengguyur kotaku. Entah pagi, siang, sore atau malam. Yang jelas, aku sangat menikmati ketika hujan datang.
"Allahumma Shoyyiban Naafi'aa"

Balik lagi ke sore itu. Hujan turun rintik, langit semakin gelap. Tapi aku dan teman-teman kerja tetap nekat pulang kerumah. Kan baru rintik, jadi bisa ngebut sampe rumah. Hehe... *jangan ditiru*
Selagi hanya rintik sedikit, aku tetap melanjutkan perjalanan. Ku nikmati sepanjang jalan sambil mengendarai motor merahku. Tapi semakin lama rintik semakin deras, semakin banyak volumenya. Semakin kencang butiran tetes hujan yang mengenai wajah, lumayan sakit sedikit. Kaca helm sengaja ku buka sebab kalo tertutup aku tak bisa melihat jalanan dengan jelas. Aku suka sekali saat-saat seperti itu, dimana aku bersentuhan langsung dengan hujan. Istilahnya, 'kuyup romantis'. Haha!! *romantis dari hongkong, habis itu langsung bengek #glek -__-"

Tapi saat itu belum sempat kuyup banget, tiba-tiba ada kilat terlihat dan deras semakin menjadi. Aku sedikit panik, akhirnya aku memilih berteduh di emperan sebuah toko. Biasanya aku selalu sedia mantel di jok motor, tapi karena mantel habis di pake jadi dijemur, trus lupa di masukkin ke jok lagi. Maklum, mantel satu-satunya. :D

***
Masih di emperan toko. Menunggu hujan reda tapi nggak juga reda. Kuperhatikan hujan yang semakin deras, ku manfaatkan waktu. Menyebutkan doa-doa. "Ya Allah, semoga hujan ini membawa berkah, semoga .................................. " *tak perlu disebut disini, panjang banget soalnya. hihihihi..
Doa waktu itu biarlah menjadi rahasiaku pada-Nya. Hujan salah satu waktu mustajab dikabulkannya doa. Insyaa Allah. Tak kulewatkan moment itu, semoga doa ku waktu itu Allah kabulkan. Aamiin :)

Waktu semakin sore, jam 4 lewat 25 menit. Sementara aku belum menunaikan shalat ashar. Dilema. Ingin menerobos derasnya hujan (lagi) seperti minggu lalu. Tapi masih teringat flu dan cenat cenut kepala waktu itu. hehe. Akhirnya ku putuskan untuk menunggu dengan perasaan tak tenang sembari menatap hujan dan dalam hati bilang "berhenti sejenaklah, aku belum sholat.."

Kuperhatikan ke arah pintu toko, ada seorang bapak keluar dari pintu tersebut. Terlihat kantong kresek di tentengnya kemudian dikaitkan ke cantolan motor. Aku perhatikan dengan seksama (kurang kerjaan banget) haha.. x_x Bapak itu terlihat sibuk dengan handphone nya. Tak lama kemudian, ia masukkan hp di kantong kemejanya lalu mengambil mantel yang masih terlipat rapi dari jok motornya. Aku masih saja memperhatikan, tapi dengan kaca helm yang tertutup jadi muka ku nggak keliatan. Hehe.. Sambil ngeliatin bapaknya pake mantel, sambil bilang ke Allah "Ya Allah, pengen juga pake mantel, biar bisa nerobos hujan, pengen cepet sampe rumah, mau sholat trus makan.. Lapeerr T.T". Hanya Allah tempat mengadu :)

Kembali memandangi hujan, awet sekali derasnya. Terdengar suara memanggil dari samping "mbak.. mbak..". Awalnya aku sama sekali nggak nengok, soalnya bukan cuma aku yang disitu. Ada lagi mbak-mbak yang duduk di dekat pintu toko. Takutnya salah orang. Tapi panggilan itu semakin terdengar jelas didekatku, dan aku menengok. Ternyata Bapak tadi dengan mantel lengkap, menghampiriku sambil menyodorkan sebuah mantel plastik dan bilang "mbak.. ini ada mantel dipake aja". Aku sempat kaget, langsung buka kaca helm sambil sedikit ragu mengulurkan tangan menerima mantel tersebut. Trus aku bilang "Alhamdulillah.. makasih pak. Tapi ini ngembaliinnya gimana pak?". Kata bapak tadi "nggak usah dibalikin mbak, dipake aja kalo mau". Aku senyum aja trus dalam hati bilang "yaa mau bangeett pak. makasih bangeet.. hihi :))"

Bapak itu kemudian pergi. Alhamdulillah. Allah baik banget, langsung ngasih rezeki mantel melalui bapak itu. Tanpa pikir panjang, akhirnya ku pake mantel plastik itu dengan senyum senang. Siap menerobos hujan di sisa perjalanan hingga ke rumah. Semoga tak ada kilat diperjalanan.

Hujan masih deras. Dalam perjalanan pulang, aku mendoakan bapak tadi. Semoga Allah membalas kebaikannya dengan kebaikan yang lebih banyak. Aamiin. Mungkin pemberiannya terlihat sederhana. Namun bagiku, kebaikan bapak tadi menjadi inspirasi untuk terus berbuat kebaikan, membingkai senyum setiap orang yang ditemui. Terimakasih bapak, yang tak sempat ku tanya namanya. Semoga Allah selalu melindungimu dan keluargamu. Tak ada kebaikan yang tak terbalas melainkan dengan kebaikan pula.

Alhamdulillah, nggak terasa tiba dirumah. Begitu masuk rumah, hujan mulai reda. Hampir selalu begitu, ketika sampai ditempat tujuan, derasnya melemah seketika. Entahlah, apa sabarku yang kurang dalam menanti hujan reda, ataukah hujan memang menyukaiku, menginginkan aku selalu basah bersamanya ♥♥